Social Multiplicity
x
Pengertian
Social Multiplicity adalah kemampuan untuk berkomunikasi
dengan sejumlah besar orang, mereka mengetahui apakah Anda berkomunikasi dengan
orang lain atau tidak. Pertama-tama, Anda berbicara dengan satu orang, satu orang pada satu waktu membaca postingan Anda dalam banyak kasus. Kemampuan
ini luar biasa ketika datang ke pemasaran media sosial, karena memungkinkan
Anda untuk mengembangkan dan mempertahankan persahabatan dengan jumlah orang
yang tak terbatas di pasar sasaran Anda. Jika Anda tahu apa yang Anda lakukan,
Anda dapat dengan mudah membangun hubungan dengan banyak orang sekaligus.
Sejarah sosial media
Awal mula sosial media
berbasis website terbentuk pada tahun 1995 dengan lahirnya site Geocities. Site
Geocities merupakan tonggak lahirnya berjuta juta website lain di dunia online.
Site ini bergerak dalam usaha sewa hosting untuk menyimpan data-data di dunia
online untuk dapat diakses oleh banyak orang dengan internet. Dari sinilah
terlahir inovasi dan pengembangan website. Di Tahun 70 an aktifitas berkirim
surat elektronik (email) dengan sistem buletin sudah terjadi. semua itu
dilakukan masih dengan saluran telephone yang terhubung dengan modem.
Dunia sosial online-pun
terus mengalami perkembangan. Di tahun 1997 sampai 1999 terciptalah media
sosial komunitas pertama dengan nama sixdegree dan classmates.Cakupan sosial
media ini masih terkesan mengkhusus untuk kelompok dan tujuan tertentu. Dunia
online terus berkembang hingga lahirlah friendster (2002) yang cukup terkenal
dengan cakupan pengguna yang lebih luas.
Aktivitas di media sosial
sudah menjadi konsumsi sehari hari masyarakat. Keberadaannya tidak hanya
sebagai media interaksi dan komunikasi, namun sudah pada fungsi bisnis. Media
online dijadikan media jual-beli online, sekarang bisa!. Media online sebagi tempat
beriklan, juga bisa. Tidak ada yang tidak bisa di era digital.
Dampak positif dan dampak negatif
sosial media
Dampak
Positif
• Sebagai tempat promosi
Dengan banyaknya orang yang menggunakan jejaring sosial, membuka kesempatan
kita untuk mempromosikan produk/jasa yang kita tawarkan
• Ajang memperbanyak
teman, Dapat menambah teman baru maupun relasi bisnis dengan mudah
• Sebagai media
komunikasi, Mempermudah komunikasi kita dengan orang-orang, baik dalam maupun
luar negeri Tempat mencari informasi, Banyak juga instansi pencari berita yang
menggunakan media social.
• Tempat berbagi, Dengan
fitur yang ada pada media sosial kita dapat dengan mudah saling bertukar data
baik berupa foto, dokumen, maupun pesan suara
Dampak
Negatif
• Munculnya tindak
kejahatan, Banyak juga orang yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk
melakukan kejahatan seperti contohnya penculikan dan penipuan
• Mengganggu hubungan
antar pasangan, Media sosial juga dapat memicu kecemburuan antar pasangan jika
memang pasangan itu berhubungan yang tidak wajar dengan orang lain
• Menimbulkan sifat
candu, Media sosial juga dapat menimbulkan candu yang dapat mengakibatkan sifat
penggunanya menjadi autis atau lebih menutup diri pada kehidupan sekitar.
Penjelasan ilmiah di balik kecanduan
media sosial
1. Kebanyakan menjadi silent watchers
Penelitian
yang melakukan survei terhadap 100 pengguna Facebook menemukan bahwa para
pengguna tersebut tetap terhubung dengan orang-orang yang telah menyakiti atau
bahkan mereka anggap menyebalkan. Hal-hal menyebalkan yang mereka post antara
lain pandangan politik/agama yang ekstrim, rasisme, phobia, bahkan sesederhana
menyombongkan kegiatan sehari-hari. Bukannya mengkonfrontasi, para pengguna ini
justru menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengamati orang-orang
tersebut secara diam-diam. Temuan ini menggambarkan dinamika hubungan antar
manusia pada kehidupan nyata. Saat berusaha untuk bergaul dan membuka diri,
pasti akan ada konflik akibat perbedaan pandangan ataupun perasaan.
2. Tidak unfriend mereka yang kurang
menyenangkan
Salah
satu responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa ia terus terdorong untuk
menyingkirkan beberapa orang dari daftar temannya di Facebook, tetapi hal ini
tidak pernah ia lakukan. Ia mengaku harus bersabar ketika melihat temannya
posting hal-hal yang berlawan dengan keyakinan dan kepercayaannya.
3. Siklus repetitif
Siklus
di atas telah menjadi repetitif dan dialami sebagian besar responden, tak hanya
mengganggu, siklus ini juga mereka nikmati. Pasalnya, sekumpulan reaksi akibat faktor
ini telah difasilitasi dengan baik lewat teknologi komunikasi media sosial yang
mereka gunakan. Secara sederhana, jika menyatakan sesuatu di media sosial,
pengguna tidak dapat memilih siapa yang akan membacanya dan respon kejutan
serta ketidak pastian itulah
yang dicari oleh banyak orang. Pengguna media sosial akan mencari sebanyak
mungkin opini berbeda mengenai topik yang sedang ia bicarakan.
4. Tidak mau menimbulkan konflik
tambahan
Pengguna
Facebook lebih tertarik pada percakapan personal dalam lingkup publik luas,
namun hal ini dapat menimbulkan perbedaan pendapat yang dapat berujung pada
konflik mendadak. Uniknya, survei terhadap pengguna Facebook ini menunjukkan
bahwa para pengguna tidak mudah memutuskan hubungan di dunia maya.
Misal
jika ada rekan kerja yang menyakiti mereka di media sosial, dengan alasan ingin
menjaga hubungan profesional di pekerjaan, mereka enggan untuk unfriend rekan
kerja tersebut. Yang mereka lakukan hanyalah membatasi aktivitasnya dengan cara
mengatur setting seperti menyembunyikan mereka dari feed mereka atau meng-hide
mereka dari home. Terlihat bahwa para pengguna media sosial tidak ingin
menimbulkan konflik tambahan di dunia maya.
5. Fenomena hate-watching
Hate-watching
atau melihat sesuatu yang menyebalkan ternyata menjadi alasan terkuat bagi kecanduan
terhadap media sosial. Para responden penelitian ini mengungkapkan jika
teman-teman mereka mem-posting hal-hal menyebalkan seperti pandangan politik
yang teralu ekstrim dan diskriminatif, mereka tidak semerta-merta mengomentari
hal itu di forum publik. Justru mereka diam saja, secara tidak sadar mereka
menikmati sisi diri yang dapat menghakimi orang lain secara diam-diam.
Istilahnya, mereka menjadikan hate-watching itu sebagai hiburan
Ciri-Ciri seseorang kecanduan media
sosial
1.
Rajin ngecek HP, terutama akun-akun sosial
media. Bahkan hal yang pertama kali dilakukan setelah bangun pagi adalah ngecek
semua akun.
2.
Rajin meng-update semua akun sosial media.
Dari cek-in di setiap tempat yang dikunjungi, foto makanan, film yang lagi di
tonton, hingga bangun dan mau tidur pun juga update dulu. Dan kamu pun
mengharap orang lain akan merespon postingan tersebut.
3.
Kalo gak ada yang ngerespon postingan tersebut,
kamu heran dan bahkan kesal.
4.
Memiliki
banyak teman yang akrab di internet, tapi jarang atau gak pernah ketemu
di dunia nyata.
5.
Kamu panik kalo gak bisa mengakses
akun-akun sosial media. Selalu mencari tempat yang sinyalnya bagus atau mencari
wifi dimanapun wifi.
Bahaya Psikologis Dari Kecanduan
Sosial Media
Media sosial ternyata
bisa membuat banyak orang kecanduan, bagaimana tidak, dengan memakai media
sosial, kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat ponsel hanya
untuk melihat apa yang terjadi pada media sosial kita. Sayangnya, kecanduan
media sosial ini bisa memberikan efek buruk bagi psikologis kita. Sebagai
contoh, media sosial kini juga seakan-akan berubah menjadi ajang dimana
seseorang mengekspresikan diri dan memamerkan kegiatan sehari-hari. Hal ini
ternyata bisa memicu rasa iri pada orang lain, khususnya jika ada teman yang
memiliki kesuksesan lebih besar dari kita. Rasa iri ini bisa membuat masalah
berupa depresi yang tentu sangat buruk bagi psikologis kita.
Selain rasa iri, media
sosial juga kerap menjadi ajang bullying yang sangat sering terjadi. Banyak
orang yang pada akhirnya merasa depresi, tertekan, hingga memutuskan untuk
bunuh diri hanya karena merasa dipermalukan oleh banyak orang di media sosial.
Hal ini membuat banyak pakar kesehatan yang berkata jika media sosial sebaiknya
dipakai dengan lebih bijak dan lebih cerdas agar tidak memicu bullying.
Media sosial juga membuat
masalah psikologis berupa adanya obsesi, ambisi, hingga menipu diri sendiri.
Banyak orang yang pada akhirnya memiliki obsesi melakukan atau mendapatkan
sesuatu hanya karena melihat orang lain mendapatkannya di media sosial. Obsesi
ini bisa menjadi masalah besar jika akhirnya pengguna ponsel memilih untuk
memakai segala cara agar keinginannya tercapai. Beberapa orang bahkan bisa
menipu diri sendiri dan memiliki kepribadian berbeda di media sosial yang tentu
menjadi masalah psikologis yang buruk.
Menggunakan media sosial
haruslah diimbangi dengan kebijaksanaan dan kecerdasan. Kita sendiri bisa
memilah-milah apa saja yang sekiranya kita butuhkan di media sosial sehingga
saat kita melihat media sosial, kita justru merasa terinspirasi, bahagia, hingga
mendapatkan informasi yang paling update. Tidak akan ada gunanya memiliki media
sosial jika pada akhirnya kita hanya merasakan depresi, kecemasan, hingga rasa
iri hati dan obsesi berlebihan karena akan buruk bagi kesehatan mental kita.
Cara Mengatasi Kecanduan Sosial Media
1.
Matikan Notifikasi
Ketika
mematikan notifikasi di smartphone, hal ini tidak lagi menganggu rutinitas
sehari-hari. Kita mungkin merasa lebih mudah untuk berkonsentrasi pada
tugas-tugas harian dan tidak lagi mudah terganggu.
2.
Batasi Diri
Batasi
jumlah waktu yang dihabiskan di media
sosial setiap harinya dengan menggunakan alarm atau stopwatch untuk mengontrol
penggunaan sosial media. Ketika terbiasa untuk membatasi waktu yang digunakan
di media sosial kita telah mengatur dirimu sendiri untuk tidak keterantungan
terhadap sosial media.
3.
Carilah Hobi Baru
Ambillah
hobi baru untuk mengisi waktu luang. Belajar keterampilan baru atau melakukan
sesuatu yang selalu ingin dilakukan tapi tidak pernah punya waktu. Hobi baru
akan menjaga pikiran dan tangan yang biasanya hanya mengenggam smartphone untuk
membuka akun sosial media.
4.
Habiskan Waktu Lebih Dengan Orang Yang di Cintai
Dari
pada mengupdate status dengan teman-teman dan anggota keluarga melalui
kehidupan layar, akan lebih baik jika menghabiskan waktu dengan mereka di dunia
nyata dan berhubungan kembali dengan mereka. Tidak perlu untuk mendokumentasikan segala
sesuatu yang dilakukan dalam hidup dengan mengunggahnya di akun sosial media.
5.
Bertemu Orang Dalam Kehidupan Nyata
Ada
begitu banyak cara untuk bertemu orang-orang dalam kehidupan nyata. Bergabung
dengan klub, menghadiri seminar, berkumpul bersama teman dekatmu dan banyak hal.
Apapun aktivitas yang dipilih, kita akan membuat koneksi dengan orang-orang
baru dalam kenyatan dan bukan dalam dunia maya.
Referensi :
(https://www.rappler.com/indonesia/gaya-hidup/178952-penelitian-kecanduan-media-sosial-facebook)
(https://www.kompasiana.com/shesha/cara-mengatasi-kecanduan-sosial-media)
Komentar
Posting Komentar